Lifestyle

Tipe Agama Orang yang Sakit Jiwa (The sick Soul)

 

Berdasrkan penelitian para ahli ilmu jiwa agama, tingkah laku keagamaan dan pengalaman keagamaan manusia itu erat hubungannya dengan segala kejiwaan seseorang. pada kesempatan kali ini kita akan membahas Tipe Agama Orang yang Sakit Jiwa (The sick Soul).  W. James menamakan tipe ini dengan istilah ‘’The suffering’’Maksudnya orang yang meyakini dan melakukan tindak keagamaan dikarenakan suatu penderitaan yang di alaminya, misalnya; musibah,konflik batin atau sebab lainnya yang tak dapat di ungkapkan secara ilmiah. Hal ini dikarenakan adanya perubahan sikap yang terdiri secara mendadak dalam sikap keagamaan mereka hingga ketindakan fanatik(acute faver)

Perubahan – perubahan seperti itu menurut W Starbuck yang didasarkan pada uraian W.James itu antara lain.

Disebabkan Faktor Ektern :
a. Musibah.
    Orang yang terkena musibah sering berubah pandangan hidupnya.Semasa sehatnya atau dalam keadaan biasa ia kurang taat beragama ataupun tidak mengenal agama sama sekali, setelah menerima musibah kadang- kadang dapat menjadi penganut yang taat dan fanatik.
b. Pengaruh kejahatan.
Orang yang bermoral bejat biasanya mengalami perasaan yang tidak tenang.Ia sering di hantui rasa bersalah dan rasa berdosa. Bagaimanapun bejatnya moral seseorang ia sewaktu-waktu masih menginginkan rasa kasih sayang keamanan dan rasa ketergantungan. Untuk menentramkan hatinya biasanya agamalah yang menjadi dambaannya.Jika ia sudah merasa batinnya tentram dalam siraman ajaran keagamaan. Ia akan menjadi seorang yang fanatic.

2. Disebabkan factor intern.

Diaantara penyebab lain juga terdapat peranan factor intern ,berupa;

Tempramen.

Tempramen merupakan unsure dalam kepribadian manusia yang banyak mewarnai corak kehidupan kejiwaan seseorang. Tingkah laku keagamaanpun memegang peranan penting dalam keagamaan seseorang. Seseorang yang melancholis akan berbeda dengan orang yang berkepribadian dysplastis dalam tindak dan pandangannya terhadap ajaran agama.

Gangguan jiwa.

Orang yang mengidap gangguan jiwa menunjukan kelainan dalam sikap dan tingkah lakunya.Tindak tanduk keagamaan dan pengalaman keagamaan yang di tampilkannya tergantung dari gejala gangguan jiwa yang mereka idap. Umpamanya; para schizophrenia, paranoia, psyhostenia dan lain-lain.

Konflik dan keraguan.

Konflik kejiwaan yang terjadi pada diri seseorang mengenai keagamaan mempengaruhi tipe keagamaannya. Mungkin berdasarkan kesimpulannya ia akan memilih salah satu agama yang di yakininya ataupun meninggalkannya sama sekali. Keyakinan agama yang di anut berdasarkan pemilihan yang matang sesudah terjadinya konflik kejiwaan akan lebih di hargai dan dimuliakan.

Jauh dari Tuhan.

Orang yang dalam kehidupan nya jauh dari ajaran agama akan merasa dirinya lemah ketika menghadapi cobaan.Pribadinya merasa tersisih dari curahan Rahmat Tuhan sehingga mendorongnya untuk mendekatkan dirinya kepada Tuhan dengan mengabdikan dirinya sepenuhnya.
Adapun cirri-ciri tindak keagamaan orang yang menganut atau melaksanakan ajaran agama dikarenakan factor- factor di atas itu umumnya cenderung bersikap;

a.Pesimis.
Dalam mengamalkan ajaran agama mereka cenderung berpasrah diri kepada nasib yang telah mereka terima. Mereka menjadi tahan menderita dan segala penderitaan menyebabkan peningkatan ketaatanya. Penderitaan dan kenikmatan yang mereka terima mereka percayai sepenuhnya sebagai azab dan Rahmat Tuhan.Mereka cenderung lebih mawas diri dan terlibat dalam masalah pribadi masing-masing dalam mengamalkan ajaran agama.

b.Introvert.
Sifat pesimis membawa mereka untuk  bersifat objektif,segala mara bahaya dan penderitaan selalu dihubungkannya dengan kesalahan diri dan dosa yang telah di perbuatnya.Dengan demikian mereka berusaha untuk menebusnya dengan mendekatkan diri kepada Tuhan dan membersihkan diri. Cara bermeditasi kadang-kadang merupakan kenikmatan yang dapat dirasakan oleh jiwanya.

c.Menyenangi paham yang ortodok.
Sebagai pengaruh sifat pesimis dan introvert kehidupan jiwanya menjadi pasif. Hal ini lebih mendorong mereka untuk menyenangi paham keagamaan yang konservatif dan ortodok.

d.Mengalami proses keagamaan secara non graduasi.
Mereka meyakini ajaaran agama umumnya tidak secara prosedur yang biasa, yaitu dari tidak tahu menjadi tahu dan kemudian mengamalkanya dalam bentuk proses yang wajar.Tindak keagamaan yang mereka lakukan didapat dari proses pendekatan, mungkin karena merasa berdosa, ataupun perubahan keyakinan maupun petunjuk Tuhan.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
Close

Adblock Detected

Harap pertimbangkan untuk mendukung kami dengan menonaktifkan pemblokir iklan Anda!